Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN memang menggunakan sistem kurrikulum skripsi dan KKN sebagai mata kuliah pilihan, tetapi ini menjadi kontroversial di lingkungan luas publik. YKPN di cela dan di remehkan oleh oknum-oknum yang memang tidak mengerti apa alasan YKPN yang menggunakan skripsi itu sebagai pilihan bukan kewajiban. Mereka memandang sebelah mata kampus STIE YKPN tanpa skripsi itu apakah dalam interview pekerjaan lulusan YKPN dapat menguasai hal itu?
Di hadapkan dengan pilihan yang lebih gampang saya sebagai mahasiswa lebih memilih kuliah tanpa skripsi bukan karena apa tetapi itu tetap tidak berpengaruh dalam jenjang kita ke depan dalam mencari sebuah pekerjaan.
Dan apa kata Pak Dody?Pak dody pernah berkata dalam mailintg list yang tersedia dari google ini. Ada seorang yang bertanya bagaimana kualitas dari STIE YKPN yang kuliah tanpa menggunakan skripsi, lalu apa jawaban dari pak Dody sebagai Ketua STIE YKPN ini? "Skripsi dan KKN sesuai kurikulum nasional (Kurnas) yang ditetapkan oleh pemerintah sejak lama telah ditempatkan sebagai mata kuliah pilihan".
Lalu dalam forum juga menjelaskan bahwasannya dalam interview memang di tanyakan apa dulu menempuh skripsi atau tidak, itu smua tegantung dari kemampuan apa yang anda miliki. Dalam pernyataan dari forum ini ada jyga yang menyebutkan
skripsi, negara-negara Eropa pun sudah sejak lama menerapkan dalam kurikulum Pendidikan Tinggi (PT) mereka bahwa skripsi merupakan "pilihan" yang dapat diambil mahasiswa dalam menyelesaikan studinya dalam tingkatan sarjana atau S-1. Apalagi pasca Konvensi Bologna di Italia (2003), yang mencoba menyatukan dan menyetarakan sistem pendidikan S-1 khususnya di Eropa (lihat link berikut ini: http://en.wikipedia.org/wiki/Licentiate ) Lalu pertanyan selanjutnya, "bila skripsi dipilih, apa manfaatnya?" Jawabannya adalah "apakah si mahasiswa yang memilih skripsi ini berniat studi lanjut pada jenis program Master atau Doktoral yang bersifat investigasi atau penelitian?". Hal ini dikarenakan, jenis pendidikan master (S-2) pun terbagi atas 3 jenis umum yang dikenal (sumber: La ensenanza de educacion superior en Europa): 1. Master Akademis/Investigasi (Master by research) 2. Master Multidisipliner (combined) 3. Master dengan orientasi Profesional (Master by coursework Bagi yang berniat mengambil jenis Master Investigasi, tentu saja skripsi akan sangat membantu ketika dirinya menyusun tesis. Pengalaman menulis skripsi akan memudahkan dirinya dalam mengerjakan tesis, karena model pengerjaan dan metodologinya hampir sama, hanya berbeda lingkup (scope) dan bobot topik yang akan diteliti. Dalam pendidikan program doktoral pun terbagi dua, yaitu: 1. Doktor Investigasi (Doctor by research), yang biasanya diberi gelar Ph.D 2. Doktor dengan orientasi Profesional (Doctor by coursework), yang biasanya dalam jurusan bisnis dan administrasi, diberi gelar DBA (Doctor of Business Admimistration), walaupun bukan berarti semua DBA tidak mengerjakan disertasi. Jadi kembali kepada pertanyaan apakah "skripsi dipilih atau tidak?" sangat tergantung pada rencana studi si mahasiswa di masa datang. Sementara ini saya melihat banyak contoh bahwa para mahasiswa STIE YKPN yang melanjutkan studi ke jenjang S-2 pun banyak yang berhasil dengan baik, walaupun ketika studi S-1 di STIE YKPN tidak mengambil skripsi sebagai mata kuliah pilihannya. Bahkan banyak pula di antara mereka yang saat ini studi di luar negeri, khususnya di Australia dengan lancar menyelesaikan studi mereka dan mengerjakan tesis S-2 dengan baik, tanpa terlebih dahulu mesti mengerjakan skripsi. Proses yang ingin ditanamkan dan dikembangkan dalam skripsi adalah sebenarnya proses berpikir, menganalisis dan memecahkan masalah secara metodologis dan sistematis. Proses ini di STIE YKPN dikembangkan dengan tugas-tugas kuliah yang ada dan masuk dalam sistem penilaian, selain ujian dan komponen penilaian lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar